Selasa, 03 Juni 2014

AWAS PATAH TULANG KETIKA ANAK TERJATUH !

-->

KETIKA anak beraktivitas, bermain, berlari-larian, memanjat atau melompat, terkadang anak tidak memerhatikan apa yang ada di sekitarnya, apakah membahayakan untuk mereka atau tidak. Jika tak hati-hati, anak bisa terjatuh dan ada kemungkinan anak bisa mengalami patah tulang.

Menurut Dr. dr. Lukman Shebubakar, Sp.OT, umumnya patah tulang pada anak disebabkan karena anak terjatuh. Apalagi anak-anak zaman sekarang semakin aktif dan lincah. Bila lengah, kegesitan mereka bergerak bisa membuat mereka terjatuh dan alami patah tulang. Patah tulang karena terjatuh tidak bisa dipastikan dengan jarak jatuhnya si anak, melainkan lebih pada posisi ketika anak terjatuh, seperti dikutip Tabloid Mom & Kiddie.

Tulang Sekitar Siku

Umumnya ketika terjatuh, anak akan menahan tubuhnya dengan tangan sehingga tangannya yang lebih dulu mengenai permukaan tempat ia jatuh. Inilah sebabnya  patah tulang yang sering terjadi pada anak yaitu di bagian tangan, terutama bagian sekitar siku.

Jika dilihat dari anatomi, tulang lengan atas sekitar siku lebih tipis dibandingkan tulang lengan atas bagian bahu. Bisa dikatakan tulang sekitar siku lebih lemah sehingga rentan alami patah tulang bila terjatuh.

Selain itu, patah tulang pada anak juga bisa terjadi pada garis atau lempeng pertumbuhan tulang. Pada anak-anak masih ada garis tumbuh, sedang pada orang dewasa garis tumbuh sudah tidak ada. Sama halnya dengan tulang sekitar siku, tulang pada garis atau lempeng pertumbuhan pun rentan mengalami patah tulang karena tulangnya yang lemah.

Patah tulang pada anak bisa patah secara total atau keseluruhan, ada pula yang patah hanya sebagian saja. Selain itu juga ada yang patahnya ke arah luar, ke kanan ataupun ke kiri. Hal itu tergantung pada energi si anak ketika terjatuh.

Lakukan Rontgen

Dokter Lukman memberitahu, ketika anak terjatuh, kemungkinan orangtua tidak bisa mengira apakah anak tersebut mengalami patah tulang atau tidak. Pun demikian dengan anak yang belum tentu mengetahui kalau dirinya mengalami patah tulang. Untuk itu, sebaiknya orangtua segera membawa anaknya ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi si anak, apakah mengalami patah tulang atau tidak.

Ada tidaknya patah tulang dan ringan beratnya patah tulang tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Untuk itu harus segera dirontgen. Sebaiknya rontgen pun dilakukan dengan rujukan dokter tulang untuk kepastiannya, karena tidak semua bisa membaca hasil rontgen patah tulang pada anak.

Rontgen dilakukan bukan hanya sekadar melihat ada atau tidaknya patah tulang dan ringan atau beratnya patah tulang, melainkan juga untuk memastikan kemana arah pergeseran patah tulang tersebut. Semakin berat patah tulang yang dialami anak, maka semakin berpindah arah tulangnya.

Ke Dokter, BUKAN Dukun

Kadang kala, ketika anak terjatuh, orangtua membawa anaknya berobat ke dukun atau ahli patah tulang dan bukan ke dokter. Padahal, jika tidak ditangani secara benar – apalagi jika jika patah tulang terjadi pada garis atau lempeng pertumbuhan – maka akan ada dampak yang tidak baik sampai cacat bagi si anak.

Efek dari patah tulang yang tidak diatasi segera atau salah mengatasinya bisa menyebabkan bagian tangan anak mengalami bengkok atau bahkan diamputasi. Amputasi dilakukan karena sekitar patah tulang mengalami infeksi atau bernanah. Hal itu disebabkan adanya pengurutan pada bagian yang patah, lalu mengenai pembuluh darah dan robek.

Selain itu, efek lainnya yaitu pertumbuhan tulang anak akan melenceng dari garis tumbuh yang seharusnya. Sehingga pertumbuhan tulang menjadi miring dan tidak bisa lurus.

Untuk itulah disarankan segera membawa anak ke rumah sakit untuk diperiksa dan dinilai oleh dokter spesialis tulang agar bisa dilakukan tindakan selanjutnya sesuai dengan apa yang terjadi.

Gips atau Implan?

Mengatasi patah tulang pada anak bisa dilakukan dengan cara reposisi tertutup atau reposisi terbuka/operasi. Pada waktu reposisi, anak dibius umum agar tidak merasa sakit ketika proses reposisi atau operasi berlangsung. Kemudian posisi tulang yang patah diperbaiki ke posisi yang sebenarnya.

Pada reposisi terbuka, akan dilakukan sayatan pada tulang. Reposisi terbuka dilakukan pada tulang yang sudah bergeser lebih jauh. Setelah itu dipasangkan implan. Sedangkan pada reposisi tertutup tidak dilakukan sayatan pada tulang, namun dipasangkan gips pada tangan yang mengalami patah tulang.

Pemasangan gips atau implan bertujuan agar tulang tidak bergeser lagi. Jadi, pemasangan gips dan implan pun bergantung dari pergeseran tulang yang patah. Implan juga bisa dilakukan pada patah tulang yang mengenai sendi.

Pemulihan

Setelah pemasangan gips atau implan, anak harus kontrol ke dokter setiap bulan hingga gips dan implan dilepaskan. Gips baru bisa dilepaskan maksimum 3 bulan. Sementara itu, implan umumnya dilepas setelah satu tahun.

Penyembuhan patah tulang pada anak relatif lebih cepat karena tulang anak masih muda. Tulang yang patah pun perlahan-lahan akan menyambung kembali. Semakin muda tulang anak maka semakin cepat penyembuhannya. Misalnya saja, pada bayi penyembuhan bisa terjadi dalam waktu dua minggu. Sedangkan pada anak yang sudah berusia 12 tahun maka membutuhkan waktu 1 – 2 bulan.

Hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua setelah anak menggunakan gips atau implan yaitu menjaga dan mencegah anak mengalami jatuh lagi. Juga, hindari anak untuk membawa benda yang berat.

Bagi penanganan patah tulang menggunakan gips, perlu diingat bahwa gips tidak boleh sampai basah atau terkena air. Juga, batasi agar tangan anak tidak banyak bergerak sampai gips dilepas. Sedangkan bagi penangan patah tulang yang menggunakan implan, gerakan pada tangan anak bisa lebih bebas.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates